Perbandingan ukuran image sensor |
Mayoritas kamera digital yang beredar di pasaran saat ini (baik SLR maupun compact) menggunakan image sensor yang lebih kecil dari 35mm. Alasannya sederhana: karena lebih murah dan lebih mudah untuk diproduksi. Konon biaya produksi untuk membuat sebuah sensor full-frame dapat mencapai dua puluh kali lipat biaya produksi sensor APS-C. Ukurannya yang besar juga membuat sensor full-frame lebih rentan terhadap kontaminan selama proses pembuatan, sehingga treatment alias perlakuan dalam proses produksi jauh lebih kompleks.
Kamera DSLR full-frame menawarkan sejumlah kelebihan dibanding kamera non-full-frame. Kelebihan yang utama adalah hasil yang lebih baik untuk penggunaan pada wide-angle photography, misalnya pemotretan arsitektural.
Kelebihan lain adalah kemampuannya untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik pada kondisi kontras yang tinggi maupun pencahayaan yang kurang. Ini dimungkinkan karena sensor yang lebih besar sanggup memberikan dynamic range yang lebih lebar dan noise yang lebih sedikit pada level ISO yang tinggi.
Meski memiliki banyak kelebihan, kamera DSLR full-frame kalah dalam urusan pemotretan tele (telephoto) oleh kamera-kamera non full-frame. Ukuran sensor yang lebih mungil pada kamera DSLR non full frame menghasilkan sudut pandang yang lebih kecil, namun di sisi lain memberi keuntungan meningkatkan efek telephoto pada lensa yang digunakan. Misalnya, sebuah kamera DSLR biasa (non-full-frame) dengan crop factor 1.5 dan menggunakan lensa 200 mm, akan memiliki kemampuan tele yang sama dengan kamera DSLR full-frame yang dilengkapi dengan lensa 300 mm (yang notabene lebih mahal harganya). Efek semacam ini membuat kamera DSLR non-full-frame boleh menjadi pilihan yang baik apabila penggunaan kamera lebih untuk kebutuhan pemotretan jarak jauh (pada event olahraga luar ruangan atau pemotretan alam liar).
Produsen kamera seperti Canon dan Nikon lebih memfokuskan pemasaran kamera DSLR full-frame untuk kalangan profesional. Maka jangan heran jika harga dan fitur-fitur yang ditawarkan pun jauh lebih "wah" dari kamera-kamera DSLR buat segmen konsumer (pasar di luar kalangan 'pro'). Nikon menyatukan produksi kamera-kamera full frame-nya sebagai FX format, dan kamera dengan sensor yang lebih kecil sebagai DX format.
Berikut adalah list beberapa kamera DSLR full frame dari vendor-vendor terkemuka:
- Kodak DCS Pro 14n (diperkenalkan pada tahun 2003)
- Kodak DCS Pro SLR/n (2004)
- Kodak DCS Pro SLR/c (2004)
- Canon EOS-1Ds Mark II (2004)
- Canon EOS 5D (2005)
- Canon EOS-1Ds Mark III (2007)
- Canon EOS 5D Mark II (2008)
- Canon EOS-1D X (2012)
- Canon EOS 5D Mark III (2012)
- Canon EOS 6D (2012)
- Nikon D3 (2007)
- Nikon D700 (2008)
- Nikon D3X (2008)
- Nikon D3S (2009)
- Nikon D4 (2012)
- Nikon D800 (2012)
- Nikon D600 (2012)
- Sony α DSLR-A900 (2008)
- Sony α DSLR-A850 (2009)
- Sony α SLT-A99 (2012)
sumber : http://www.bukalebar.com
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung
jangan lupa untuk Follow blog ini.